DINAMIKA DIALEKTIKA ULAMA’ MAZHAB TENTANG PEMANFAATAN BARANG GADAI (AR-RAHN)

Penulis

  • Rusdan Rusdan Fakultas Ekonomi Islam IAI Nurul Hakim
  • Haeruman Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Hakim

Kata Kunci:

pemanfaatan, ar-rahn, ar-rahin, al-murtahin, al-marhun bih.

Abstrak

Gadai atau ar-rahn adalah akad utang piutang antara ar-rahin dengan al-murtahin, di mana ar-rahin selaku pihak yang berutang menyerahkan suatu barang sebagai jaminan pelunasan utang yang telah diterimanya (al-marhun bih) kepada al-murtahin. Al-marhun yang berada dalam penguasaan al-murtahin menjadi amanah baginya. Sehingga ia berkewajiban menjaga dan memeliharanya sebagaimana ia menjaga harta bendanya sendiri. Jika barang yang menjadi al-marhun hilang atau rusak dalam penjagaan dan pemeliharaannya, maka ia tidak berkewajiban menggantinya.

Dalam Islam, harta benda, tak terkecuali al-marhun yang berada di bawah penguasaan al-murtahin tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan. Kenyataan ini memunculkan masalah hukum. Siapakah yang mesti memanfaatkan al-marhun tersebut.? Ar-rahin selaku pemilik barang ataukah al-murtahin selaku pihak yang menguasai al-marhun? Untuk menjawab masalah hukum tersebut, artikel ini disusun secara sistematis. Metode penulisan yang digunakan adalah studi kepustakaan atau biasa disebut library research, dengan jalan mengumpulkan, menelaah, dan mengkaji berbagai literatur terkait, kemudian disusun dalam sebuah artikel ilmiah.

Dari hasil telaah terhadap berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa ulama’ tidak mencapai kata sepakat tentang pemanfaatan al-marhun, baik oleh ar-rahin sendiri maupun oleh al-murtahin. Menurut jumhur ulama’, ar-rahin selaku pemilik barang tidak dibenarkan memanfaatkan al-marhun. Adapun ulama’ Syafi’iyah berpendapat bahwa ar-rahin dibolehkan memanfaatkan al-marhun sepanjang dapat dijamin dalam pemanfaatan tersebut tidak merugikan dan menimbulkan kemudharatan bagi pihak al-murtahin. Sementara pemanfaatan al-marhun oleh al-murtahin menurut pendapat jumhur ulama’ adalah tidak boleh. Berbeda dengan pendapat jumhur, ulama’ Hanabilah menyatakan bahwa jika yang dijadikan sebagai al-marhun adalah binatang, maka al-murtahin dibolehkan memanfaatkan al-marhun tersebut sesuai dengan kadar biaya yang dikeluarkan untuk menafkahi al-marhun.

 

Referensi

Al-Bugha, Musthafa Dib. 2017. Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i. Jakarta: Noura.

Al-Hakim, Lukman dan Muslihun Muslim. 2010. Muqaranah fi al-Mu’amalah. Yogyakarta: Kurnia Kalam semesta.

Al-Hushairi, Ahmad Muhammad. 2014. Tafsir Ayat-Ayat Ahkam. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. 2006. Ensiklopedi Muslim (Minhajul Muslim). Jakarta: Darul Falah.

Al-Maqdisi, Imam Ibnu Qudamah. 2014. Umdatul Fiqh Fikih Dasar untuk Pemula. Solo: al-Qowam.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2012. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. Jakarta: Gema Insani.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Pengantar Fiqh Muamalah Membahas Hukum Pokok dalam Interaksi Sosial Ekonomi. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad dkk. 2004. Ensiklopedi Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4 Mazhab. Yogyakarta: Maktabah al-Hanif.

Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 6. Jakarta: Gema Insani.

Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haroen, Harun. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Mardani. 2011. Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusyd, Ibnu. 2015. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Jakarta Timur: Akbar Media.

Sabiq, Sayyid. 2018. Fiqih Sunnah Jilid 5. Jakarta: Republika Penerbit.

Sahroni, Oni dan M. Hasanuddin. 2016. Fikih Muamalah Dinamika Teori dan Implementasinya dalam Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sarwat, Ahmad. 2018. Ensiklopedi Fikih Indonesia 7: Muamalat. Jakarta: Gramedia.

Suhendi, Hendi. 2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Diterbitkan

23-12-2020